Saatnya HATI NURANI bicara


Hari Anak Nasional: Dipestakan atau Disikapi? by ratna ariani
July 24, 2008, 4:28 am
Filed under: pendidikan | Tags: , , ,

Anak tetap lah anak, mau dia ada di rumah gedongan, di gang-gang sempit ataupun di jalanan. Keinginan bermain, menggoda teman, berkejar-kejaran dan bahkan bermain hujan adalah kesukaan anak-anak. Hanya saja untuk anak-anak tertentu hak mendasar inipun sulit dipuaskan, bahkan diusia dini mereka dimasukkan sebagai alat ekonomi pencari uang. Sedih juga melihat liputan di Metro TV, anak-anak indramayu dibawah 10 tahun diijinkan menggelandang di Jakarta, agar bisa mendapat makanan lebih baik dari pada dikampungnya. Mereka tidak mau sekolah, tangannya capek dipakai menulis terus katanya. Mending dijalanan malah dapat duit. Memang lumayan untuk ukuran mereka, bisa bayar ‘sewa kontrakan’, main game dan beli rokok !

Kemarin saat menghadiri perayaan Hari Anak Nasional di Tennis In Door Senayan, saya merasakan aura sukacita luar biasa. Saya datang kesana gak sengaja, hanya karena kawan aktivis berhalangan, maka saya diminta mewakili Gempita-Gerakan Iman Peduli Jakarta. Tengok kiri kanan yang duduk di VIP ternyata saya sendiri yang tidak pakai pakaian dinas. Halah? Acara nya sih sebentar, cuma sejam tapi meriah banget. Bukan karena ada Bang Foke dan Mpok Tati disana. Bukan karena panggung yang wah dan Project Pop yang ‘gw banget’ (Heran…..udah pada berumur, tetap aja kelakuannya bisa diterima anak-anak SD sampai SMA. Salut untuk alumni UNPAR… halah..narsisnya jadi d 8)

Tapi menurut saya inilah ‘panggung’ yang sungguh-sungguh menjadi pesta bagi anak-anak yang tidak pernah memimpikan dipestakan dan mengisi acara pesta buat mereka sendiri. Ada ratusan anak ikut terlibat dalam berbagai tarian kreasi disetiap lagu-lagu project Pop, menari dengan senyum ceria serta berkostum colourful. Ternyata mereka bukan dari sekolah-sekolah papan atas, bukan juga dari sanggar sekolah tari, mereka adalah anak-anak usia SD-SMA pinggiran dari keluarga pra sejahtera yang merupakan binaan Yayasan Putra Bahagia (YPB). Anak-anak yang tinggalnya di gang sempit ini tidak pernah bermimpi bisa menari di panggung gemebyar mengiringi artis sekaliber Project Pop. Udah gitu foto bareng Bang Foke lagi. Penontonpun adalah siswa siswi keluarga prasejahtera yang diberi kesempatan menikmati acara teman2nya dan Project Pop, datang bersama para guru dan dijemput dengan bus ber AC…. For free!

Pesta di Hari Anak Nasional ini hanyalah salah satu karya persembahan YPB, yang didirikan PEMDA DKI sejak tahun 1952 bagi anak-anak keluarga prasejahtera. Mereka tidak memiliki kesempatan untuk pengembangan diri, berkreasi, menambah wawasan dan biasanya kurang percaya diri. Jadi siapapun gubernurnya, program ini jalan terus. Selain program pengembangan diri seperti summer campnya sekolah di amrik, anak-anak juga dikenalkan rasa cinta lingkungan hidup. Maka mereka pun dilibatkan dalam Lomba Kreativitas Lingkungan Hidup.

Saya percaya kalau anak diperlakukan sebagai subyek, bukan sebagai obyek, maka mereka akan berkembang menjadi pribadi yang bertanggungjawab. Saya sempat membaca diary anak-anak alumni YPB, mbrebes mili juga membayangkan sukacita mereka menikmati program pelatihan YPB. Mereka belajar bekerja sama, mengenali diri, mengenali bahaya alam tapi juga menikmati indahnya alam. Masa ada yang baru sekali itu naik bus AC dan melihat yang namanya ‘kebun teh’ waktu lewat Puncak ! Pengalaman yang menyentuh hati biasanya bertahan lama dalam hidup manusia. Mereka merasa disapa dan diperhatikan layaknya seorang manusia. Biar miskin tapi mereka tidak takut lagi bermimpi.

Walaupun hanya bisa menampung seribu anak setiap tahunnya, rasanya gak berarti dibanding lebih dari 150 ribu anak dari keluarga miskin, karya ini patut diacungi jempol. Salut untuk Pemda DKI dan semoga semakin banyak perusahaan mau bergabung lewat program CSR (Corporate Social Responsibility) melalui YPB. Semoga kegiatan pemberdayaan anak ini juga diikuti pemda lainnya.


Leave a Comment so far
Leave a comment



Leave a comment