Saatnya HATI NURANI bicara


Email Dari Seorang Guru di Nabire by ratna ariani
July 30, 2008, 2:23 am
Filed under: pendidikan | Tags: , , , ,

Saya sertakan email dari seorang rekan guru matematika ini agar kita bisa membayangkan kesulitan yang dihadapi dunia pendidikan di ujung timur negri ini. Orang miskin disana terpaksa membayar lebih mahal untuk mendapatkan buku paket dibandingkan kita yang hidup dipulau Jawa. Kualitas SDM yang sangat rendah pun menyulitkan mereka keluar dari kemiskinan. Kemiskinan memang bisa terjadi akibat struktural seperti minimnya prasarana. Jangan salahkan pemerintah saja untuk menjadikannya sempurna dalam 5 tahun tapi mari kita lakukan yang terbaik semampu kita bagi negri ini. Walaupun rasanya seperti menggarami lautan, tapi untuk satu dua anak di pedalaman tindakan kita menjadi berarti bagi mereka. (RA)

Mbak Ratna kinasih,

menyambung email kemarin berkenaan dengan buku pelajaran dan khususnya LKS. Jika memang bisa diusahakan di Jawa saya kira juga lebih baik, karena harga di jawa jauh lebih murah. Setelah saya muter-muter, saya dapatkan informasi bahwa di nabire ini harga sebuah LKS matematika untuk kelas 1 bisa mencapai 10 rb/buku (beli minimal 100 buku). Padahal dalam setahun seorang anak butuh 2 buah buku. Jika di Jawa harga eceran paling tinggi 7 rb rupiah. Kenapa bisa demikian? Ya karena transportasi dari jawa ke papua ini memang amat mahal. Lha sekarang mangga saja panjenengan mau bantu saya dan anak-anak untuk mengirim LKS matematika kelas 1 dalam bentuk buku atau mengirim dana dan saya belikan di sini, he…. Jika dalam bentuk uang ya tinggal dikalikan saja: 200 X Rp. 10 rb. Oh ya jangan lupa tolong carikan bahan pembelajaran multimedia karena kami baru dibelikan komputer sehingga anak-anakbisa belajar sendiri. Disini mana ada yang begituan?

Kemarin saya mengadakan tes penjajagan anak-anak kelas 1 SMA yang baru masuk dengan materi matematika kelas 6 SD. Dari 30 buah soal, rata-rata seorang siswa bisa menjawab benar hanya 8 soal, alamakkkkkk …..Kepada mereka saya berikan 30 buah materi soal matematika (soal-soal saya ambil dari contoh-contoh yang tertulis dalam buku paket), dan dari test itu saya dapatkan data sbb:

13 anak tidak satu pun mempunyai jawaban benar, alias salah semua

14 anak benar 1

7 anak benar 2

9 anak benar 3

5 anak benar 4

1 anak benar 6

4 anak benar 7

1 anak benar 8

3 anak benar 10

2 anak benar 11

2 anak benar 12

1 anak benar 15

1 anak benar 18

Mau tahu soal yang saya berikan? Sebagian soalnya sbb:

1. – 5 + 3 = ….

2. KPK dari 15, 21 dan 60 adalah ….

3. Bentuk pecahan desimal dari 1/25 adalah…

4. Bentuk persen dari 12/20 adalah…

5. 0,12 + 2,046 =….

9. 6 : 0,12 =

10. Sebuah balok berukuran panjang 5 cm, lebar 4 cm dan tinggi 2,5 cm, maka volumenya =…

Trus apa mampu mereka diajarkan integral dll? Jika lulusannya tidak lebih dari 20% yang melanjutkan ke PT, apakah SMA masih merupakan pilihan strategis? Dari 20% itupun (saya rasa tidak sampai segitu) yang sungguh asli papua hanya sebagian kecil saja. Terus sebenarnya kita ini mau melayani siapa?

Mbuh ra weruh, yang jelas saya akan coba jalani perutusan ini semampu saya. Ok itu kabar dari saya yang sedang bergelut dengan kebodohan dan pembodohan. Sumangga didiskusikan dengan rekan di Jakarta saja ya. Pokoknya saya manut. Selamat berjuang. Salam dan doaku untuk keluarga.


2 Comments so far
Leave a comment

Menyedihkan ya!!?? Jangan-jangan mereka tak bisa jawab soal karena tak tahu bahasa Indonesia dan tak mengerti istilah yang dipakai. Saya sendiri tak tahu apa KPK. Untuk saya KPK itu adalah Komisi Pembrantas Korupsi.
Selamat berjuang di Papua. Mudah-mudahan dengan memiliki jaringan ke Jakarta, “nasib” anak-anak tersebut sedikit berubah.

Comment by matias simanjorang

Bagaimana mau pinter kalau ortunya juga gak mampu mendampingi anak mo. Di Jawa saja tidak semua ibu juga paham KPK, Kelipatan Pembagi terKecil, kalau tidak mendampingi anak SD buat Pe eR. Gak heran kalau romo juga gak tahu hehe…
Ya semoga melalui dunia maya kita bisa berjejaring membantu proses pembelajaran dimana saja. AMDG

Mbak/bu rara, murah itu relatif ya. Bisa murah buat kita tapi bisa mahal menurut ortu lainnya. Tapi kalau gratis sudah pasti tidak pakai uang kan. Idealnya ya kalau biaya pendidikan bisa ditanggung pemerintah, fasilitas dan sarana pun juga harus disediakan dong. Lam kenal.

Comment by ratna ariani




Leave a comment