Saatnya HATI NURANI bicara


Badai “Palin Power” Menggilas Partai Demokrat (Gadis Arivia) by ratna ariani
September 5, 2008, 12:16 am
Filed under: politik | Tags: , , , , , ,

Menjelang PILPRES Amerika, dunia menikmati pertarungan debat berkualitas dari sejarah demokrasi suatu negara. Ada baiknya kita yang sedang merangkak dalam demokrasi dalam 10 tahun ini menyikapinya dengan arif. Masalah isu gender bukan masalah barat dan timur, tapi pada akhirnya kebijakan-kebijakan yang dibuat haruslah pro rakyat, termasuk yang paling lemah, yang paling miskin dan sengsara. Thanks mbak Gadis untuk pencerahannya, saya kesengsem dengan Michelle Obama, tapi juga salut dengan ketegasan Gubernur Alaska yang satu ini. Seharusnya perempuan berkualitas seperti ini juga semakin banyak bisa duduk di parlemen Indonesia mulai dari tingkat pusat sampai daerah. Ada tempatnya dia bertindak tegas dalam menentukan kebijakan publik tapi juga tetap senang menjadi ratu di dapur.  Kasihan Partai Demokrat yang gigit jari karena tidak mengajukan Hillary Clinton sebagai kandidat wapres. Ini baru politik namanya. (RA)

Selama satu minggu ini media Amerika sibuk “membedah” Sarah Palin. Gubernur
dari Alaska sejak tahun 2006 dan sebelumnya walikota dari kota kecil
Wasilla, diangkat oleh John McCain untuk mendampinginya sebagai kandidat
wakil presiden, AS, dari Partai Republik. Sejak pengumuman McCain, pers
merubung bagaikan lalat, sebagian besar mempertanyakan kompetensi Sarah yang
dianggap masih terlalu muda dan belum matang dalam dunia politik Washington
DC. Pasalnya McCain yang berumur 72 tahun sangat riskan menempatkan seorang
yang masih belum berpengalaman bila terjadi apa-apa dengan kesehatan McCain
seandainya McCain terpilih. Dengan demikian McCain dianggap tengah
membahayakan Amerika Serikat.

Belum lagi kontroversi soal pengalaman selesai, Sarah dan Todd mengumumkan bahwa anak perempuan mereka yang berumur 17 tahun hamil di luar nikah dan kini kandungannya berumur 5 bulan. Karena Sarah Palin masuk dalam kelompok “Pro-Life Feminist”, maka, tak ada pilihan lain, anaknya akan melahirkan
bayinya. Platform “pro-life” dan anti “gay-rights” merupakan ciri pandangan konservatif yang diusung Sarah. Pers kembali berteriak-teriak dan mulai mempertanyakan kali ini bukan saja kredibilitas Sarah Palin sebagai gubernur tapi juga sebagai ibu. Selain masalah pribadi yang sedang menimpa Sarah dan
keluarganya, Sarah pun masih dalam investigasi tentang pemecatan yang dilakukan terhadap kepala polisi di Alaska.

Maka tak heran, pidato pertama Sarah Palin dihadapan Konvensi Partai Republik menjadi pidato yang ditunggu-tunggu oleh pers dan jutaan pemirsa AS. Bagaimanakah Sarah akan mejawab semua tuduhan-tuduhan pers? Bagaimanakah ia akan mematahkan argumen Partai Demokrat soal pengalamannya? Bagaimanakah ibu yang baru saja melahirkan ini akan bertahan dalam dunia politik yang
sangat maskulin? Apakah ia akan didukung oleh kelompok perempuan apalagi kini setelah Hillary tidak ada, kelompok ini menjadi medan pertarungan antara Partai Republik dan Partai Demokrat.

Sarah Palin keluar dari belakang horden dan menginjak kakinya di atas podium Konvensi Partai Republik dengan baju warna kalem dan sepatu bertumit tinggi. Ia tampak anggun dan santai. Tepuk tangan hadirin menggema di seluruh ruangan selama 4 menit, seluruh perempuan tua dan muda histeris dan mereka
terus bersemangat bertepuk tangan tak putus-putusnya sambil berteriak “Sarah…Sarah. ..Sarah”. Seakan-akan mereka ingin memperlihatkan dukungan total terhadap Sarah Palin yang sedang “disakiti” oleh pers nasional.

Sarah tidak membuang-buang waktu, ia segera menyerang pers:

” And I’ve learned quickly, these past few days, that if you’re not a member in good standing of the Washington elite, then some in the media consider a candidate unqualified for that reason alone. But here’s a little news flash for all those reporters and commentators: I’m not going to Washington to seek their good opinion , I’m going to Washington to serve the people of this country. Americans expect us to go to Washington for the right reasons, and not just to mingle with the right people.”

Sarah beberapa kali mengungkapkan kekesalannya terhadap media yang bias gender, yang sibuk memberikan “judgement” tentang keluarganya dan dirinya sendiri. Ia merasa tidak membutuhkan pendapat media karena ia bekerja untuk rakyat Amerika dan orang-orang yang pernah merasakan kepemimpinannya adalah orang-orang yang tahu siapa dan bagaimana dirinya. Sarah merupakan gubernur Alaska yang terpopuler dengan hasil polling yang positif sebesar 80%. Ia merebut kepemimpinan tertinggi di Alaska dengan modal nol, menantang kandidat sesama Partai Republik yang bermodal besar dan menang merebut kursi gubernur melawan kandidat Partai Demokrat. Hal pertama yang ia lakukan ketika duduk di kursi gubernur adalah menjual jet pribadi gubernur terdahulu di e-bay. Ia bahkan menolak memakai tukang masak khusus untuk gubernur karena ingin memasak sendiri. Ia nyaman di dapurnya sendiri.

Bukan hanya itu, segudang prestasi lainnya tercatat dalam sejarah Alaska. Selain meninggalkan surplus dalam budget daerahnya, Sarah Palin dikenal penentang korupsi dan melawan perusahaan-perusahaan minyak besar yang tak bisa diatur meskipun ia pro bisnis dan pro kapital tapi di dalam berbisnis etika bisnis baginya sangat penting diterapkan. Sarah Palin boleh jadi tampil cantik danlembut tapi ia gubernur yang dikenal sangat keras hati dan pekerja keras, tegas dan berani. Alaska sangat bangga padanya.

Ia “meninju” Obama dengan pukulan yang kuat. Ia geram dengan komentar Partai Demokrat yang menganggap dirinya tidak berpengalaman hanya karena ia datang dari kota kecil. Ia pun mempertanyakan kemampuan Obama yang hanya berlatar pengalaman organisasi komunitas. Ia dengan sinis mengejek Obama:

” Before I became governor of the great state of Alaska , I was mayor of my hometown. And since our opponents in this presidential election seem to look down on that experience, let me explain to them what the job involves. I guess a small-town mayor is sort of like a “community organizer,” except that you have actual responsibilities. ”

Obama menurutnya tidak memiliki pengalaman eksekutif berbeda dari dirinya yang pernah menjadi walikota dan kini gubernur yang setiap harinya membuat keputusan-keputusan penting hidup rakyatnya. “Apa yang Obama pernah lakukan?” Tanyanya dengan berang. Ia hanya mampu membuat dua buku otobiografi tapi tidak satu pun kebijakan penting yang pernah ia perjuangkan dan lakukan selama jadi senator.

“Apakah orang semacam Obama yang hanya mampu menjual kata-kata yang diinginkan rakyat Amerika untuk presiden?” Tanyanya dengan lantang. Menurutnya, Amerika membutuhkan orang yang benar-benar telah berkorban untuk negaranya seperti John McCain yang pernah ditahan sebagai tawanan perang selama 5
tahun di Hanoi, Vietnam, orang yang menolak kebebasannya demi setia pada kawan-kawannya di tahanan dan membela negaranya mati-matian. Karena Sarah adalah ibu dari anak yang juga akan berjuang di Irak untuk negaranya, maka, ia menganggap McCain adalah orang yang berpengalaman dan siap melindungi
rakyatnya termasuk anaknya.

“And as the mother of one of those troops, that is exactly the kind of man I want as commander in chief. I’m just one of many moms who’ll say an extra prayer each night for our sons and daughters going into harm’s way.”

Kekesalan Sarah belum selesai, ia pun terus menyerang Obama. Kali ini terhadap ucapan-ucapan Obama yang merendahkan orang yang datang dari kota kecil seperti dirinya. Ia menganggap Obama seorang “eletist” bermuka dua, mengatakan satu hal di hadapan muka “orang kecil” dan hal lain di hadapan orang kota besar. Kritik ini adalah kritik Sarah terhadap ucapan Obama beberapa bulan yang lalu soal orang-orang dari kota kecil hanya bisa memiliki senjata dan agama. Ucapan tersebut menurut Sarah sangat menyakitkan hati orang-orang dari kota kecil. Sarah adalah anggota pemilik senjata api karena Alaska adalah tempat berburu. Sarah sendiri gemar berburu.

Sarah adalah politisi yang ulung. Ia tahu bagaimana merebut hati para pemilih di kota-kota kecil yang menjadi penting untuk pilpres AS. Orang-orang di kota-kota kecil adalah basis Hillary yang kuat dan Sarah ingin merebut simpati mereka. Bukan hanya itu, ia pun ingin merebut suara pemilihperempuan. Ia paham bahwa banyak pemilih Hillary yang muak terhadap media yang bias gender, dan kini media pun berlaku galak terhadapnya, maka, ia akan mengeksploitir keadaan ini untuk kepentingannya. Sarah tidak perlu
berkata banyak tentang usahanya untuk memajukan hak-hak perempuan, sosoknya yang perempuan dan keberaniannya melawan sekutu laki-laki di politik dan media, membuktikan ia sebagai perempuan yang kuat dan dengan demikian akan membela kepentingan perempuan AS.

Retorika minoritas tak segan-segan digunakan Sarah untuk kepentingan politiknya. Ia belajar cepat dari Obama yang menggunakan taktik yang sama. Bila Obama mengesankan diri “korban” karena ia berasal dari keturunan Afrika-Amerika, maka, Sarah mengesankan diri “korban” dari dunia politik yang tidak ramah terhadap perempuan. Obama menggunakan retorika rasisme sedangkan Sarah menggunakan retorika perempuan, pelabelan orang “kampung” dan agama.

Ribuan ibu-ibu rumah tangga berada di belakang Sarah, banner bertuliskan “Moms for Sarah” dan “Palin Power” terdapat di mana-mana di segala penjuru ruang Konvensi.
Politik Amerika memasuki fase yang menarik. Politik identitas sedang dimainkan habis di arena perpolitikkan. Memang dalam perang politik identitas, rakyat Amerika tidak suka bertawuran atau menggunakan simbol-simbol agama, namun, wacana terus mengalir, perdebatan terus dilancarkan, mempertaruhkan masa depan Amerika di abad ke-21.

“Palin Power” telah membuktikan dapat memberikan enersi pada politik Amerika dan Partai Republik sedang merebut peluang yang ada. Kini tinggal giliran Partai Demokrat yang gigit jari dan menyesal sambil mengulangi kata-kata “seandainya. ..Hillary yang menjadi nominasi partai…seandainya Hillary yang
dipilih mendampingi Barack…seandainya …,” tentu badai “Palin Power” dapat diredam dan Partai Demokrat dengan mulus memenangkan gedung putih. Tapi sementara ini mereka harus berhadapan dengan “badai” yang dahsyat itu yang telah membuktikan diri tak gentar menghadapi siapapun.


Leave a Comment so far
Leave a comment



Leave a comment